ASPEK SURVEI DALAM BIM

 

ASPEK SURVEI DALAM BUILDING INFORMATION MODEL

 

I. PENDAHULUAN

Building Information Modelling atau BIM adalah salah satu teknologi di bidang Arsitektur, Engineering dan Construction (AEC) yang mampu menampilkan bangunan dalam bentuk 3D beserta informasinya secara akurat. BIM juga merupakan representasi digital dari karakteristik fisik dan karakter fungsional dari suatu Bangunan. Karena itu, di dalamnya terkandung informasi mengenai elemen-elemen penuyusun Bangunan tersebut dan dapat dignakan sebagai basis pengambilan keputusan dalam kurun waktu siklus umur bangunan mulai dari konsep hingga demolisi (PUPR, 2018). BIM saat ini sudah mulai di implementasikan di Indonesia khususnya untuk Bangunan atau Infrastruktur yang bersifat komplek.

 

BIM tidak hanya sekedar model 3D dari suatu bangunan. Tapi BIM dapat dimanfaatkan untuk menghindari Clash Detection, Efisiensi dalam konstruksi, Aset Management dan juga Fasility Management. Bahkan akhir-akhir ini BIM berkembang sebagai cikal bakal digital twin dan smart city. Termasuk pembangunan Ibu Kota Negara baru di Kalimantan juga memanfaatkan teknologi BIM ini.

 

Dalam penerapan teknologi BIM ini, akan melalui beberapa tahapan. Tahapan yang penting adalah bagaimana BIM tersebut dibuat. Salah satu tahapan dalam pembuatan BIM adalah dengan surveying atau scan to bim.  Dalam tulisan ini, akan dibahas mengenai pentingnya aspek surveying dalam pembuatan BIM.

 

 

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Building Information Model (BIM)

Menurut pengertiannya, Building Information Model atau BIM adalah salah satu teknologi di bidang AEC yang mampu menampilkan bangunan dalam bentuk 3D beserta informasinya. Sementara menurut PUPR, BIM merupakan representasi digital dari karakteristik fisik dan karakter fungsional dari suatu Bangunan. Karena itu di dalamnya terkandung semua informasi mengenai elemen-elemen bangunan tersebut yang digunakan sebagai basis pengambilan keputusan dalam kurun waktu siklus umur bangunan. Mulai dari konsep hingga demolisi.

 

Siklus BIM di awalai dari desain konseptual, kemudian dibuatkan model dalam bentuk 3 dimensinya beserta dokumentasinya. Termasuk elemen-elemen dan material yang digunakan terdokumentasi dan menempel di setiap obyek bangunan. Informasi mengenai penjadwalan dan juga biaya dapat disertakan dalam bim ini. Informasi-informasi ini disebut sebagai data semantik. Siklus berikutnya adalah pembangunan. Ketika BIM ini sudah beroperasi, dapat ditambah informasi-informasi lainnya sehingga akan memudahkan dalam mengatur bangunan itu sendiri atau biasa disebut aset management dan management fasilitas. Termasuk siklus renovasi dan demolisi.



2.2. Framework BIM


 

 


Gambar di atas menunjukkan framework. Mulai dari Investigation dan Feasibility and Planning, Design dan Konstruksi. Dari BIM 1D (dimensi) sampai 7D. BIM 1D artinya masih dalam bentuk titik. Masih dalam tahap “kemungkinan akan dibangun”nya sebuah BIM. BIM 2D sudah meningkat dari angan-angan menjadi desain dan site analisis. Sedangkan BIM 3D sudah menjadi model 3D dan dapat digunakan sebagai alat untuk analisis clash detection dan animasi 3D. Sedangkan BIM 4D jika pada BIM tersebut sudah disematkan informasi mengenai jadwal. Dikatan BIM 5D jika informasi biaya sudah ditambahkan dalam setiap elemen-elemen pembangun BIM. BIM 6D dan BIM 7D adalah BIM dalam tahap operasional. BIM 6D jika memasukkan informasi-informasi berkaitan dengan energi sedangkan 7D berkaitan dengan manajemen fasilitas.

Secara umum, BIM terdiri dari data geometrik dan data semantik. Data geometrik mencakup informasi dimensi dan keruangan atau spasial 3D sedangkan data semantik berisi informasi atau properti dri setiap objek atau elemen.

 

2.3. Manfaat BIM

BIM memungkinkan pengguna untuk mengumpulkan informasi tentang setiap aspek bangunan. Dengan menggunakan BIM, Anda dapat mengakses setiap langkah yang terlibat dalam siklus hidup proyek, dari waktu, biaya hingga operasionalnya dalam satu alat terintegrasi.

Berikut ini 10 manfaat dari BIM menurut Scan2CAD:

1.      Kolaborasi antar TIM

Berbagi dan berkolaborasi adalah hal yang penting di seluruh sektor AEC. Namun, di masa lalu, kerja kolaboratif sering menimbulkan sejumlah masalah. Dengan proyek yang sering melibatkan sejumlah desain yang berbeda (dan versi berbeda dari satu desain), tidak mengherankan jika beberapa kebingungan terjadi. Namun, sekarang, tim dapat mengandalkan fungsionalitas cloud BIM untuk memastikan proses yang lebih lancar saat bekerja secara kolaboratif.

 

Semua tahapan siklus hidup proyek tersedia melalui cloud. Ini memberi kemampuan untuk melihat proyek di dalam atau di luar lokasi, dan di perangkat apa pun yang terhubung. Dengan demikian, hal ini akan membantu meningkatkan komunikasi dan koordinasi antar tim. Setiap orang dapat meninjau dan menandai desain. Dan dengan riwayat yang lengkap dari evolusi proyek, tidak lagi harus khawatir tentang hilangnya file atau korupsi file. Pada dasarnya, BIM membantu merampingkan dan mengoordinasikan komunikasi dan kolaborasi antar tim.

 

2.      Visualisasi yang Lebih Baik

Salah satu masalah utama dengan desain kertas atau desain 2D adalah tidak mampunya merangkum keseluruhan proyek. Artinya, tidak dapat membayangkan proyek dalam skenario dunia nyata. Karena alasan inilah sering menemukan desain yang kurang memuaskan. BIM, sebagai perbandingan, memungkinkan untuk mengompilasi setiap aspek proyek menjadi satu desain lengkap, termasuk denah lantai terperinci dan model 3D.

 

Simulasi yang disediakan oleh BIM juga dapat memungkinkan pengguna untuk memvisualisasikan proyek dalam situasi dunia nyata. Hal ini memungkinkan pengguna untuk memvisualisasikan proyek pada waktu yang berbeda dalam sehari, dan bahkan melihat kinerja energi secara keseluruhan. Dan dengan bantuan Augmented Reality dan Virtual Reality, dapat melihat seluruh desain bahkan sebelum masuk ke konstruksi.

 

3.      Efisiensi Pengeluaran (Cost)

Salah satu isu utama di sektor AEC adalah biaya. Skenario mimpi buruk adalah untuk sebuah proyek dalam tahap konstruksi dan arsitek baru menyadari bahwa ada bentrokan (clash detection) dalam struktur. Baik itu pipa yang menembus dinding atau masalah lain, satu hal yang pasti, akan sangat mahal untuk menghentikan konstruksi kemudian "mengedit" desain.

Namun, dengan BIM, dapat mengotomatiskan deteksi bentrokan. Ini berarti bahwa dapat mendeteksi bentrokan sejak dini sebelum mulai membangun struktur.

 

4.      Proses Step by Step

Membangun struktur membutuhkan banyak waktu dan usaha. Satu proyek dapat melibatkan ratusan perancang, insinyur, dan arsitek. Mengapa ini menjadi masalah? Bayangkan seorang desainer membuat perubahan pada denah lantai, hanya untuk menemukan bahwa setengah dari kolaborator mereka menggunakan versi yang lebih lama daripada versi yang direvisi. Lebih buruk lagi, mereka mungkin membuat model 3D berdasarkan rencana lama. Intinya adalah, sangat sulit untuk membuat semua orang tetap up-to-date dengan dokumentasi yang benar.

 

Salah satu manfaat utama BIM adalah bahwa setiap fase desain dan konstruksi terkoordinasi sepenuhnya. Setiap proses langkah demi langkah untuk bahan atau kru dapat dimonitor. Setiap proses tersedia untuk semua tim melalui komputasi awan. Dengan setiap langkah yang didokumentasikan dengan baik dan dapat diakses, lebih sedikit waktu yang dibutuhkan untuk meninjau setiap langkah.

 

5.      Improve Productivity

Ketika berbicara tentang pembangunan di sektor AEC, waktu sangat penting. Jika ada tahap yang bermasalah dalam siklus hidup bangunan, akan diatur kembali seluruh proyek. Namun, dengan BIM, tidak demikian, karena semuanya dapat direncanakan dengan cara yang ringkas. Ketika menggunakan BIM, setiap objek dalam desain akan terhubung ke database. Oleh karena itu, setiap perubahan yang dibuat pada satu aspek model akan dilakukan pada model lainnya.

 

Jadi, ketika menggambar garis dalam BIM misalnya, perubahan tersebut selanjutnya ditambahkan ke model 3D yang sesuai. Ini kemudian secara otomatis ditambahkan ke rencana dan detail konstruksi. Pada dasarnya, setiap pengeditan yang dibuat untuk setiap fase proyek. Artinya seluruh proses produksi dapat dipercepat dan biaya tenaga kerja dapat dihemat.

 

6.      Support Energy Efficiency

Menggunakan BIM sebagai aspek integral dari desain berarti dapat mengintegrasikan keberlanjutan ke dalam proses desainnya. Di bawah proses desain dan konstruksi tradisional, harus dilakukan analisis lingkungan setelah desain selesai. Jika ada masalah yang muncul, itu akan menjadi mahal dan bermasalah. BIM, sebagai perbandingan, memungkinkan pengguna untuk menghasilkan analisis lingkungan tahap awal. Dengan BIM dapat menjelajahi aspek seperti orientasi bangunan, penggunaan energi di siang hari.

 

Dengan BIM, keberlanjutan menjadi komponen kunci dari proses desain, efisiensi energi, pengelolaan limbah, pengelolaan air, dan banyak lagi. Selain itu, menemukan masalah dalam analisis tidak lagi menghambat proses desain. Dapat dibuat perubahan yang cepat dan mudah pada model virtual alih-alih mendesain ulang. Ada juga peluang penggunaan AEC tanpa kertas dengan komputasi awan dan proses kolaboratif.

 

7.      Better Coordination

Dengan kemampuan kolaborasi BIM, akan dapat memperbaharui bahkan pada perubahan sekecil apa pun. Tidak perlu lagi khawatir beberapa kolaborator tidak mengetahui perubahan yang dibuat dalam draf. Setiap orang yang terlibat dalam sebuah proyek tetap mendapat informasi terbaru bahkan pada perubahan terkecil dalam desain bangunan. Hal ini membuat koordinasi dan manajemen jauh lebih mudah dibandingkan dengan metode desain tradisional.

 

Seperti yang telah kita bahas dalam manajemen file CAD, kolaborasi bisa menjadi proses yang sulit ketika tidak menggunakan standar atau konvensi yang sama. Dengan BIM, tidak perlu khawatir tentang hal ini. Jika digunakan dengan benar, dapat dengan mudah mengerjakan aspek apa pun dari siklus hidup proyek, pada saat yang sama dengan kolaborator lainnya

 

8.      Continuity

BIM mendukung seluruh proses siklus hidup bangunan, mulai dari awal hingga konstruksi bahkan pembongkaran di masa mendatang. Dengan BIM dapat dioptimalkan aspek seperti penggunaan material dan penyebaran tenaga kerja untuk memastikan proses desain dan konstruksi yang efisien. Alur kerja BIM yang disederhanakan juga memungkinkan penyimpanan otomatis dan riwayat file lengkap, memastikan perlindungan data penuh.

 

Hal ini penting untuk memastikan tidak ada data yang hilang. Oleh karena itu, kontinuitas dapat dipastikan dari fase awal hingga pembongkaran akhir struktur.

 

9.      Communication

Salah satu kesulitan dalam hubungan antara seorang arsitek dan klien mereka adalah bahwa komunikasi tidak selalu sesederhana yang seharusnya. Arsitek, insinyur, atau desainer mungkin lupa bahwa meskipun mereka telah dilatih di bidang spesialis, klien mereka tidak begitu berpengetahuan. Jadi, ketika mereka mencoba menunjukkan kepada klien rencana 2D, yang mungkin dilihat klien hanyalah garis di atas kertas.

 

BIM menawarkan fleksibilitas luar biasa dalam hal mengkomunikasikan desain. BIM dapat ditunjukkan dalam desain format teknis atau interaktif. Baik itu biaya yang masih harus dibayar atau model virtual, dapat menyajikan semua informasi dengan cara yang ringkas. Menggunakan BIM, dapat mempercepat komunikasi antar semua stakeholder, dan memberikan jaminan lebih lanjut tentang legitimasi proyek.

 

10.  On the go

Manfaat tambahan dari BIM adalah dapat membawa proyek dan model ke mana pun pergi. BIM tersedia kapan pun dibutuhkannya melalui komputasi awan. Semuanya dilampirkan ke database terperinci. Informasi ini dapat diakses kapan saja, di perangkat apa pun.

 

2.4 Objek BIM

2.4.1 Transformasi 3D Model

Pada tahun 1960 mulai dilakukan penelitian mengenai geometri 3D. Geometri 3D ini mulai digunakan juga dalam film. Film pertama yang menerapkannya adalah Film TRON pada tahun 1982. Dalam perkembangannya geometri 3D ini juga banyak digunakan dalam desain arsitektur dan game. Adapun transformasi 3D diawali dari Model 3D B-Rep, Kemudian muncul model 3D CSG (Solid) dan yang terakhir parametrik modelling.

 

B-REP merupan model 3D sebagai kumpulan dari permukaan yang tertutup dan berorientasi. Bentuknya adalah seperangkat permukaan yang dibatasi dan memenuhi serangkaian kriteria penutup volume.

 

CSG (Solid) model adalah representasi geometris 3D dalam bentuk tertutup. Penggabungan permukaan untuk mendefinisikan batas-batas padatan seperti dalam skema B-Rep. CSG berkembang dalam geometri volumetrik dimana sel 3D atau irisan planar yang menebal ditumpuk untuk menentukan bentuk dan mendekati geometri kompleks.

 

Parametrik Model merupakan menggabungan dari B-Rep dan CSG. Dimana kelebihan dari solid model mudah dilakukan editing sedangkan kelebihan dari B-Rep adalah visualisasi, pengukuran dan mendeteksi bentrokan (Clash Detection). Pemodelan parametrik karena adanya objek-objek yang berulang tetapi mempunyai dimensi yang berbeda. Seperti objek jendela, dimana objek jendela antara kamar 1 dan kamar 2 bisa sama parameternya.

 

Sedangkan Objek Parametrik Model merupakan pemodelan parametrik berbasis objek yang digunakan dalam aplikasi BIM untuk mendefinisikan objek individual yang geometri dan propertinya dapat dikontrol melalui parameter objek yang telah ditentukan sebelumnya. Selanjutnya Objek Parametrik Model ini dikenal sebagai Objek BIM.

 

2.4.2 Objek BIM

BIM Object adalah sebuah informasi produk digital yang melibatkan pembuatan produk bangunan dalam format 3 dimensi dari data – data teknis untuk diubah menjadi format digital sehingga dapat digunakan dengan perangkat lunak. Secara garis besarnya BIM Object merupakan kombinasi dari geometri objek dan informasi produk.

 

Informasi BIM Object dapat meliputi data – data teknikal, bahan yang digunakan, warna produk, geometri, spesifikasi item, manufaktur pembuat dan beberapa informasi komersial yang memungkinkan untuk dimasukkan. Semakin detail data yang diberikan, maka yang dihasilkan akan semakin memiliki presisi lebih tinggi untuk digunakan mendesain

 

2.4.3 Klasifikasi Objek BIM

Objek BIM dapat diklasifikasikan menjadi Komponen dan Layer. Komponen merupakan produk bangunan yang memiliki bentuk geometris yang berbeda, seperti furniture, jendela, pintu, perlengkapan, dan lain sebagainya. Sedangkan layer merupakan produk yang tidak mempunyai bentuk atau ukuran tetap seperti lantai, karpet, bahan isolasi, bahan plafon, dan lain sebagainya.

 

Berdasarkan penggolongannya, objek bim dibagi menjadi objek umum dan objek khusus. Objek umum dapat dikatakan sebagai objek yang diciptakan oleh individu dengan ukuran yang hampir tidak semuanya memiliki ukuran yang tetap dari objek aslinya. Sedangkan objek khusus atau pabrikan adalah yang mewakili produk khusu dari vendor atau pabrikan.

 

Dalam penyajiannya, objek bim tersedia dalam berbagai macam format atau ekstensi yang dapat digunakan pada perangkat lunak mulai dari archicad, revit dan lainnya. Dan salah satu format data yang sering digunakan seperti IFC untuk pertukaran informasi dari aplikasi AEC dan FM oleh Building Smart Internasional. Biasanya model IFC memiliki data – data geometri (2D dan 3D) dan non-geometris. Hal tersebut dapat memungkinkan structural dan mechanical model architecture dapat bertukar data secara geometris maupun non geometris dimana tidak tergantung dari versi perangkat lunak yang dirilis. Sehingga penggunaanya akan lebih fleksibel tanpa perlu mengikuti update struktural dari perangkat lunak

 

2.4.6 Proses Membuat Objek BIM

Dalam mendapatkan objek BIM dapat diperoleh dari pabrikan atau online atau membuat sendiri objek BIM tersebut. Ada beberapa source online yang dapat dijadikan rujukan untuk mendapatkan Bim seperti NBS National BIM Library dan Bimcomponents.com. Dari kedua situs online tersebut, dapat ditemukan berbagai file-file model BIM baik yang dibuat secara individu mapun dari perusahaan-perusahaan manufaktur. BIM objek yang dibuat dari perusahaan, secara kualitas lebih baik karena data informasiyang diberikan memiliki akurasi yang lebih baik untuk digunakan dalam visualisasi desain 3D pada perangkat lunak.

 

Objek bim juga dapat dibuat sendiri. Ada 2 teknologi yang biasa digunakan dalam membuat objek bim. Teknologi itu adalah Photogrammetry dan Laser Scanning. Photogrammetry berarti memanfaatkan foto-foto stereo yang kemudian diolah menjadi Pointcloud dan selanjutnya dari point clouds tersebut dibuat 3D modelnya. Demikian halnya dengan laser scanner. Dari alat laser scanner akan diperoleh pointclouds dari objek yang di pindai. Selanjutnya pointcloud tersebut di buatkan 3D modelnya.

 

Smart BIM Object dapat diklasifikasikan sebagai komponen spesifik yang mewakili prosedur untuk memanfaatkan aturan, kendala, hubungan, dan pengetahuan. Pengetahuan dapat diwakili oleh kode pemrograman untuk berinteraksi dengan objek lain untuk melakukan tugas, evaluasi, dan kemampuan seperti kode bangunan, kinerja bangunan, kemampuan konstruksi, alur kerja, pemeriksaan, kriteria desain, dan sebagainya untuk mendukung pandangan multidisiplin sepanjang siklus hidup bangunan untuk meningkatkan pencapaian BIM.

Objek harus memiliki pengetahuan untuk berperilaku cerdas dan mempunyai kemampuan untuk mengubah properti objek tanpa menggambar ulang lagi. Parameter dapat diwakili oleh satu set properti yang telah ditentukan sebelumnya yang harus dipilih pengguna, atau ikuti aturan atau perubahan objek baru. Objek BIM pintar dapat dibuat “cerdas” dengan menambahkan karakteristik fungsional, relasional, struktural, dan perilaku ke parameter

 

2.4.7 Keuntungan Objek BIM

Berikut ini keuntungan dari objek BIM:

      Representasi yang realistis

      Efisien karena tidak dibutuhkan pengerjaan pengulangan

      Model BIM tersedia kapan saja (Tersimpan di Library)

      Standard

      Menghindari Clash Detection

      Kemampuan untuk Mensimulasikan dan Menguji Model

 

 

BAB III  BIM dan IKN

Ibu kota negara Indonesia saat ini di Jakarta dirasa sudah tidak layak menjalankan fungsinya sebagai sebuah Ibu Kota Negara. Beban DKI Jakarta sebagai pusat pemerintahan dan bisnis sudah terlampau tinggi. Kemacetan dan polusi juga tinggi. Untuk itu, pemerintah Indonesia memindahkan ibu kota negara ke pulau kalimantan. Tujuan utamanya adalah mengurangi ketimpangan ekonomi antara Pulau Jawa dan Luar Pulau Jawa.

 

3.1 Prinsip-Prinsip IKN

Ibu Kota Negara yang baru bernama IKN Nusantara yang terletak di Kabupaten Penajam Paser Utara dan Kabupaten Kutai Kertanegara. Adapun alasan pemilihan lokasi adalah:

1. Minim Resiko Bencana

2. Lokasi stategis dan berada di tengah-tengah Indonesia

3. Lokasi IKN berdekatan dengan wilayah perkotaan yang sudah berkembang (Balikpapan dan  Samarinda

4. Infrastruktur di Balikpapan dan Samarinda relativ sudah lengkap

5. Pemerintah dan BUMN memiliki lahan seluas 180.000 hektar untuk mengurangi biaya

 

IKN dibangun sebagai superhub dengan 6 kluster ekonomi dan 2 klaster pendukung. Keenam klaster ekonomi tersebut adalah:

1. Kluster Industri Teknologi Bersih

2. Kluster Farmasi Terintegrasi

3. Kluster Industri Pertanian Berkelanjutan

4. Kluster Ekowisata dan Wisata Kesehatan

5. Kluster Bahan Kimia dan Produk Turunan Kimia

6. Kluster Energi Rendah karbon.

 

Sedangkan untuk 2 klaster pendukungnya adalah:

1. Kluster Pendidikan Abad ke-21 dan

2. Smart City dan Pusat Industri 4.0

 

Adapun prinsip-prinsip yang diterapkan dalam membangun IKN adalah:

  • ·        Mendesain Sesuai Kondisi Alam
  • ·         Bhinneka Tunggal Ika
  • ·         Terhubung, Aktif, dan Mudah di Akses
  • ·         Rendah Emisi Karbon
  • ·         Sirkuler dan Tangguh
  • ·         Aman dan Terjangkau
  • ·         Kenyamanan dan Efisiensi Melalui Teknologi (100% Konektivitas digital)
  • ·         Peluang Ekonomi untuk Semua (0% Kemiskinan di IKN pada 2035)

 

Pembangunan IKN di bagi menjadi 4 tahap seperti yang diterangkan di gambar di bawah ini.


3.2 Regulasi IKN

IKN di bangun berdasarkan regulasi. Tanpa adanya regulasi, tentunya pembangunan akan tidak terarah. Untuk itu lahirlah regulasi-regulasi yang berkaitan dengan IKN tersebut. Adapun regulasi-regulasi tersebut dijelaskan pada gambar di bawah ini.

 

 

 

 

3.3 IKN dan BIM

IKN merupakan mega proyek yang komplek. Komplek karena mendesain berdasarkan 8 Prinsip IKN harus diterapkan. Hal ini tidak mudah sehingga memerlukan teknologi untuk implementasinya. Untuk itu pemerintah menggunakan teknologi BIM dalam membangun IKN ini. Teknologi BIM sendiri di Indonesia masih relatif baru dan masih membutuhkan tenaga terampil yang menguasai BIM.

Menindak lanjuti kebutuhan tenaga terampil BIM,  maka pemerintah menggandeng Trimble untuk melakukan training BIM terhadap tenaga kerja konstruksi besarta penyediaan Software dan Hardwarenya. Training ini fokus kepada 4 kategori kompetensi:

1. Pembentukan Calon Instruktur

2. Training kepada ASN

3. Training kepada Penyedian Konstruksi dan

4. Calon Tenaga Kerja Konstruksi

Tahap awal, memerlukan 260.000 tenaga konstruksi yang terampil.

 

Keuntungan diterapkannya BIM dalam pembangunan IKN ini adalah Realtime kontrol. Dimana dengan BIM terlebih menggunakan Trimble Site Vision yang berteknologi augmented reality akan dapat melakukan kontrol dan inspeksi secara realtime. Keuntungan lainnya adalah manajemen sumber daya yang lebih baik dan menghidari kesalahan desain.

Kompleksitas yang tinggi dari IKN membutuhkan banyak ahli yang akan terlibat. Masing-masing mempunyai sudut pandang sendiri-sendiri. Teknologi BIM memungkinkan semua bekerja dalam

·         satu MODEL 3D yang sama,

·         Visualisasi yang lebih baik dari berbagai sisi dan aspek keilmuan,

·         Komunikasi dalam satu Bahasa (BIM)

·         Informasi yang lebih banyak dan lebih baik sehingga dapat menghindari adanya “Clash Detection”

Mengurangi Resiko dan Membengkaknya biaya. Bahkan bisa melakukan efisiensi biaya dengan pilihan proses engineering yang tepat.

 

 

BAB IV ASPEK SURVEYING DALAM BIM

4.1 Deformasi Bangunan

BIM merupakan model 3D suatu bangunan. Bangunan itu sendiri mengalami deformasi. Sehingga perlu dilakukan pengukuran-pengukuran untuk memantaunya. Adapun definisi dari deformasi adalah perubahan bentuk, dimensi, dan posisi dari suatu objekbaik merupakan bagian dari alam ataupun buatan manusia dalam skala waktu dan ruang.

Terdapat 8 hal yang menimbulkan deformasi, yaitu Beda Mati, Benda Hidup, Banjir, Salju atau Es, Air Hujan, Gempa, Kejadian Khusus dan Angin seperti yang digambarkan dalam diagram di bawah ini.

 

 


 

 

 

Monitoring deformasi dapat dilakukan dengan berbagai macam alat ukur.  Diantaranya dengan GPS/GNSS, Tilt Meter, TLS, Drone, Pemindai struktur bangunan, Hammer test dan lain sebagainya. Monitoring deformasi ini juga berguna untuk menilai laik tidaknya suatu bangunan.

 

4.2 Manajemen Fasilitas

Dalam fase operasional, BIM dapat dimanfaatkan untuk manajemen fasilitas. Manajemen fasilitas ini artinya bahwa dengan teknologi BIM ini, semua fasilitas yang terdapat dalam sebuah bangunan dapat dioptimalkan pemakaiannya. Misalnya pemakaian AC, penempatan hot spot wifi yang tepat sehingga dapat menjangkau area seluas mungkin, pemanfaatan lahan parkir, dan juga pemanfaatan-pemanfaatan lainnya.

 

Manajemen fasilitas tidak hanya berkaitan dengan pemanfaatan, tapi juga dapat digunakan untuk manajemen perbaikan berkalanya termasuk monitoring deformasi yang dijelaskan di atas. Memantau kapasitas ruangan dan kekuatan bangunan juga termasuk dalam manajemen fasilitas ini.

 

4.3 Scan to BIM

Objek bangunan yang sudah jadi atau fase setelah konstruksi perlu dilakukan pemodelan lagi. Hal ini untuk mengecek apakah antara model dengan kenyataan setelah terbangun sama atau tidak. Terkadang model BIM dalam fase desain dengan BIM fase operasional berbeda. Untuk itu perlu dimodelkan kembali sesuai dengan objek aslinya. Pemodelan objek aslinya biasa disebut dengan direct modelling atau Scan to BIM. Dalam pemodelannya dibagi menjadi 2 tahapan.

1. Geometrik modelling: membuat elemen bangunan dari poins cloud

2. Objek reconition: memisahkan elemen berdasarkan fungsinya

 

Dari sisi penggunaan alat, Scan to BIM ini akan memanfaatkan HDS. Alat HDS yang populer adalah Terestrial Laser Scanning, Lidar, dan Foto Udara (Photogrammetry).

Tahapan pemodelan 3D atau scan to bim adalah sebagai berikut:

Perencanaan-Pengolahan Titik Kerangka, Pengolahan Data, Pemodelan 3D dan tahapan terakhir adalah melakukan validasi. Dari tahapan-tahapan ini, tahapan perencanaan dan pengolahan titik kerangka merupakan tahapan yang paling krusial.

 

4.3.1 Survei Kerangka Titik Kontrol

Pembuatan Titik Kontrol adalah tahapan yang paling krusial. Titik kontrol ini bertujuan agar hasil dari scanning dapat seakurat mungkin dan mendekati geometri aslinya. Semakin teliti suatu titik kontrol, hasil pemodelan juga akan semakin teliti. Selain itu titik kontrol juga diperlukan untuk menggabungka beberapa alat scanner. Misalnya kombinasi antara TLS dan Lidar. Berikut ini contoh diagram alir survei titik kotrol pada TLS.


 

 


 

Beberapa parameter dalam survei kerangka kontrol adalah sistem koordinat yang digunakan, Datum, sebaran titik GCP dan titik validasi atau ICP, Acuan titik ketinggian apakah menggunakan elipsoid atau geoid serta akurasi yang diinginkan.

 

4.3.2 Data Capture

Setelah titik kontrol didefinisikan, langkah selanjutnya adalah mengambil data dari objek yang akan dimodelkan. Dalam data capture ini dapat dilakukan menggunakan laser scanner, lidar maupun foto udara.

 

Laser Scanner

Merupakan alat pemindai yang memancarkan laser menyeluruh kesemua bidang dimana alat scanner ini akan berputar vertical 320 derajar dan berputar horisontal 360 derajat. Pemindai laser ini akan mengukur jarak dan sudut berupa kumpulan titik-titik yang kemudian disebut sebagai point clouds. Kualitas dari laser scanner ditunjukkan dari hasil point clouds ini, baik dari sisi kerapatannya maupun dari jauh dekatnya antara sumber laser ke objek.

 

Lidar

Lidar adalah light detection and ranging merupakan teknologi remote sensing yang menggunakan laser untuk mendapatkan jarak dan sudutnya sehingga diperoleh point clouds.

 

Photogrammetry

Photogrammetry merupakan suatu teknik mengukur objek berdasarkan pertampalan stereonya. Dari pertampalan stereo ini akan diperoleh pointcloud setelah melalui proses yang lebih panjang dibandingkan dengan menggunakan teknologi laser maupun lidar.





Point Clouds dari TLS


 


3D Modelling dari Point Clouds



4.4 Kombinasi Survei Lainnya

Pembuatan BIM tidak hanya diperlukan satu alat survei saja. Untuk melengkapi BIM yang lebih komprehensif diperlukan alat-alat survei lainnya. Seperti pada bangunan jembatan, diperlukan alat pemeruman atau pemindai kedalaman, pengukuran arus dan juga sedimentasi. Pada pondasi jembatannya juga diperlukan pemindai bawah tanah seperti GPR. Dengan diterapkannya berbagai kombinasi alat survei tadi, akan diperoleh model BIM yang lengkap. Untuk dapat mengkombinasikan semua peralatan survei tersebut diperlukan titik kotrol dan titik ikat.



                                                           Kombinasi berbagai alat survei



4.5 Data Semantik

Setelah model BIM selesai dimodelkan, langkah selanjutnya adalah memperkaya BIM tersebut dengan memberikan informasi pada setiap elemen-elemennya. Atau disebut dengan memberikan data semantik. Dengan memberikan data semantik ini, maka BIM akan dapat dimanfaatkan untuk Aset dan manajemen fasilitas.

 

 

BAB V KESIMPULAN

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan sebagai berikut:

·         BIM merupakan teknologi yang dapat membantu pengelolaan bangunan selama siklus bangunan tersebut

·         BIM mempunyai manfaat yang banyak, sehingga IKN menerapkannya dalam pembangunan Ibu Kota Negara Nusantara.

·         Aspek Survei dalam pembuatan BIM sangat penting dan akan menentukan kualitas dari BIM itu sendiri.

·         BIM dan data Semantik yang lengkap akan dapat dimanfaatkan untuk Aset dan manajemen fasilitas

 

 

Daftar Pustaka

Bethany, Top 10 Benefits of Building Information Modeling (BIM), Scan2CAD, September 2021

Claire Ellul, Nicola Moretti, GeoBIM for Asset and Facility Management – GeoBIM Benchmark Workshop, University College London, 2019

Elisabetta C. Giovannini, VRIM worksflow: semantic H-BIM objects using parametric geometries. 3D Modeling & BIM, Facolta di Architettura – Sapienza Universita di Roma, April 2017

Hosseini, R., Khosrowshahi, F., Aibnu, A., Abrishami, S., BIM Teaching and Learning Handbook Implementation for Students and Educators. Routledege Taylor & Francis Group, London and New York, 2022

Lu W.S., Chen K., Wang J., and Xue F, “Developing an Open Access BIM Objects Library: A Hong Kong Study” In: LC3 2017: Volume I – Proceedings of the Joint Conference on Computing in Construction (JC3), July 4-7, 2017

Menteri PUPR, Peraturan Menteri PUPR no 22 Tahun 2018 tentang Pembangunan Bangunan Gedung Negara, 2018

Murtiyoso, A., Grussenmeyer, P., Surwardhi, D., Awalludin, R., Multi-Scale and Multi-Sensor 3D Documentation of Heritage Complexes in Urban Areas, ISPRS International Journal of Geo-Information, MDPI, 2018

Presiden Republik Indonesia, Lampiran 1 Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 64 tahun 2022 Tentang Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional Ibu Kota Nusantara Tahun 2022-2042

Presiden Republik Indonesia, Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 63 Tahun 2022 Tentang Perincian Rencana Induk Ibu Kota Nusantara, Sekretariat Negara, 2022

Rezeki Peranginangin, Rekomendasi Percepatan Implementasi Building Information Modeling (BIM) Pada Pembangunan Infrastruktur PUPR, Pusat Litbang Kebijakan dan Penerapan Teknologi-PUPR, 2019

S. Chien, S. Choo, M. A. Schnabel, W. Nakapan, M. J. Kim, S. Roudavski (eds.), Living Systems and Micro-Utopias: Towards Continuous Designing, Proceedings of the 21st International Conference of the Association for Computer-Aided Architectural Design Research in Asia CAADRIA 2016, 457–466. © 2016, The Association for Computer-Aided Architectural Design Research in Asia (CAADRIA), Hong Kong

Sacks, R., Eastman, C., Lee, G., Teicholz, P., BIM Handbook A Guide to Building Information Modeling for Owners, Designers, Engineers, Contractors, and Facility Managers. Wiley Third Edition, 2018

Sherif M. Hafezet, Remon F. Aziz, Elin A. Eldars, Constraction Cost Prediction by Using Building Information Modeling, Int. Journal of Engineering Research and Aplications, August 2015


Komentar

Postingan populer dari blog ini

OBSLUZIVO INDONESIA

SOLUSI ALTERNATIF PEMETAAN SKALA BESAR DI INDONESIA