PEMANFAATAN GOOGLE MAP HYBRID DAN QGIS UNTUK IDENTIFIKASI DAN PENGUKURAN GARIS PANTAI PULAU JAWA
BAB I PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Garis pantai merupakan
pertemuan antara daratan dan air laut. Garis pantai ini dijadikan sebagai acuan
penetapan batas suatu wilayah dan juga sebagai penetapan batas pengelolaan
sumberdaya alam. Sehingga garis pantai perlu di petakan dan dimutahirkan,
khususnya untuk daerah-daerah yang mempunyai tingkat pertumbuhan ekonomi tinggi.
Pertumbuhan tinggi ini akan meningkatkan pembangunan, sehingga perubahan daerah
pesisir dan pantai juga meningkat. Seperti di Pulau Jawa yang merupakan pusat
perekonomian di Indonesia tentunya daerah pesisirnya juga akan mengalami
perubahan yang cepat dari tahun ketahunnya.
Pengukuran garis pantai dapat dilakukan dengan berbagai cara, baik
secara terestris maupun non-terestris. Pengukuran dengan cara non-terestris dapat
dilakukan dengan menggunakan data citra satelit maupun menggunakan foto udara
baik matrik maupun non metrik. Saat ini tersedia data citra satelit secara
gratis, diantaranya dengan google maps. Google maps merupakan layanan pemetaan
web yang dikembangkan oleh Google. Layanan ini memberikan citra satelit, peta
jalan, kondisi lalu lintas dan perencanaan rute untuk bepergian. Citra satelit
yang disediakan oleh google maps bersifat series dan mempunyai resolusi tinggi
serta mempunyai sistem koordinat geodetik yang mengacu kepada datum WGS84. Sementara,
di Indonesia menggunakan datum SRGI2013. Untuk itu, perlu dilakukan transformasi
antar datum ketika melakukan pengukuran garis pantai dengan menggunakan google
maps ini.
Sampai saat ini terdapat banyak software opensource yang dapat digunakan
untuk melakukan transformasi koordinat/datum. Di antaranya software QGIS. Di
dalam software QGIS ini terdapat fungsi untuk melakukan transformasi baik
transformasi koordinat maupun transformasi antar datum, termasuk datum SRGI2013.
Untuk itu perlu dilakukan kajian terhadap model transformasi antar datum dari
datum WGS84 (DGN95) ke datum SRGI2013 sehingga pengukuran garis pantai yang
dihasilkan sesuai dengan spesifikasi Badan Informasi Geospasial (BIG) atau
tidak.
I.2. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah:
- 1. Apakah data citra satelit resolusi tinggi google maps dapat digunakan untuk pengukuran garis pantai pulau jawa?
- 2. Apakah transformasi dari datum WGS84 (DGN95) ke SRGI 2013 dengan menggunakan QGIS sesuai dengan 7 parameter transformasi yang dirumuskan oleh Badan Informasi Geospasial.
I.3. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:
- 1. Mencari alternatif pengukuran garis pantai pulau jawa yang murah, mudah, dan sesuai spesifikasi yang diterapkan oleh BIG.
- 2. Mengkaji tingkat ketelitian peta dari google maps dan transformasi antar datum dari QGIS
I.4. Ruang Lingkup
Penelitian
Ruang lingkup dalam
penelitian ini antara lain:
- 1.
Lokasi penelitian ini dilakukan di Pulau Jawa
dengan mengambil 21 sample area.
- 2.
Data penelitian yang digunakan adalah data citra
satelit resolusi tinggi dari google maps yang di hubungkan dengan QGIS
(Online).
- 3.
Data pendukung yang digunakan adalah UAV pantai
Patimban.
- 4.
Data pembanding untuk validasi digunakan data
pantai pulau jawa dari BIG.
- 5. Acuan 7 parameter transformasi antar datum dari
WGS84 ke SRGI 2013 yang digunakan bersumber website SRGI-BIG.
- 6. Dalam penelitian ini tidak dilakukan pengecekan
lapangan, dan semua pengolahan dilakukan di studio.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
II.1. Google Maps
Dikutip
dari wikipedia, Google
Maps (bahasa Indonesia: Peta
Google) adalah layanan pemetaan web yang
dikembangkan oleh Google. Layanan ini memberikan citra satelit, peta jalan,
panorama 360°, kondisi lalu lintas, dan perencanaan rute untuk bepergian dengan
berjalan kaki, mobil, atau angkutan umum.
Google Maps dimulai sebagai
program desktop C++, dirancang oleh Lars dan Jens Eilstrup Rasmussen pada Where 2 Technologies. Pada
Oktober 2004, perusahaan ini diakuisisi oleh Google, yang diubah menjadi sebuah
aplikasi web. Setelah akuisisi tambahan dari perusahaan visualisasi data
geospasial dan analisis lalu lintas, Google Maps diluncurkan pada Februari
2005. Layanan ini menggunakan JavaScript, XML, dan AJAX.
Google Maps menawarkan API yang
memungkinkan peta untuk dimasukkan pada situs web pihak ketiga, dan
menawarkan penunjuk lokasi untuk bisnis perkotaan dan organisasi lainnya di
berbagai negara di seluruh dunia. Dengan
google maps
memungkinkan pengguna
untuk bersama-sama mengembangkan dan memperbarui pemetaan layanan di seluruh
dunia.
Tampilan satelit Google Maps
adalah "top-down". Sebagian besar citra resolusi tinggi dari kota
adalah foto udara yang
diambil dari pesawat pada ketinggian 800 sampai 1.500 kaki (240–460 meter),
sementara sebagian besar citra lainnya adalah dari satelit. Sebagian besar
citra satelit yang tersedia adalah tidak lebih dari tiga berusia tahun dan
diperbarui secara teratur. Google
Maps menggunakan sistem koordinat geodetik (lintang/bujur) dengan proyeksi Mercator dan datum WGS84.
Ketersediaan data citra yang gratis, membuat pengguna di berbagai
disiplin ilmu menggunakan google maps dalam ekstraksi data posisi. Hal ini
mendorong penelitian untuk menguji dan mengevaluasi ata posisi google maps. Akurasi
posisi google maps tidak tetap, tetapi bervariasi dari waktu ke waktu. Ini
mungkin mengacu pada proses memperbarui data google maps dengan mengganti citra
dengan yang lebih baik dari waktu ke waktu (Nagi, 2013). Menurut (Witchayangkoon,2019)
yang telah membandingkan 3970 titik koordinat di google maps dan orthophoto, menghasilkan
ketelitian rata-rata 3.3 meter dengan minimum kesalahan 0.0 meter dan maksimum 28.6
meter. Penelitian ini akan menggunakan data google maps untuk mengukur garis
pantai dengan asumsi ketinggian garis pantai nol.
II.2. QGIS
Quantum GIS atau QGIS merupakan salah
satu perangkat lunak SIG berbasis open source dengan lisensi dibawah GNU
General Public License yang
dapat dijalankan dalam
berbagai sistem operasi seperti Windows, Mac OS, Linux (Ubuntu), Android dan
Unix. QGIS mendukung dalam pengolahan data spasial berbasis vector, raster,
dan format database. Proyek pembuatan perangkat lunak ini sendiri dimulai pada
Mei 2002 dengan nama proyek The Quantum GIS Project yang sampai dengan saat ini
(2022),
QGIS telah berkembang sampai dengan versi 3.22 atau lebih dikenal
dengan QGIS Biatowieza.
Pemanfaatan
softare QGIS ini dapat digunakan untuk input data dan pengolahan data
geospasial sebagai pilihan alternatif dari software GIS komersial seprti ArcGIS
dan Mapinfo. Disamping itu juga memiliki fungsi membuat, menyunting, mengelola
dan ekspor data.
QGIS juga mempunyai kemampuan
untuk plugin dengan Google Maps, sehingga memungkinkan google maps ini sebagai
background peta serta melakukan ekstraksi terhadap data google maps ini. Untuk
melakukan koneksi ini memerlukan koneksi internet.
Gambar 2. QGIS Plugin
Google Maps
QGIS juga mempunyai kemampuan melakukan on-the-fly projection. Artinya dapat melakukan transformasi koordinat dan transformasi datum secara otomatis. Termasuk di dalamnya datum untuk Indonesia saat ini yaitu SRGI 2013 dengan kode EPSG:9529.
Gambar 3. CRS SRGI2013 di
QGIS
Jawa adalah sebuah pulau di
Indonesia dan merupakan pulau terluas ke-13 di dunia dengan luas 128.793,6 km2. Jumlah penduduk di
Pulau Jawa sekitar 150 juta jiwa. Artinya bahwa lebih dari 50% penduduk di
Indonesia tinggal di Pulau Jawa. Yang berarti pula bahwa Pulau Jawa merupakan pusatnya
ekonomi di Indonesia. Sebagai pusat ekonomi, tentunya pembangunan di Pulau Jawa
mengalami kemajuan yang pesat. Terlebih daerah pesisir Pulau Jawa, dimana di
pesisir inilah kota-kota besar tumbuh dengan pesat. Pertumbuhan ini juga akan
berdampak perubahan lingkungan di lingkungan pesisir. Garis pantai yang
merupakan batas administrasi dan batas pengelolaan sumber daya alam juga
mengalami perubahan sehingga perlu dilakukan pemutakhiran secara berkala.
Adapun panjang garis pantai di pulau
jawa 2.666 km.
Gambar 4. Pulau Jawa
Pulau Jawa merupakan pulau yang relatif muda dan sebagian besar
terbentuk dari aktivitas vulkanik. Deretan gunung-gunung berapi membentuk
jajaran yang terbentang dari timur hingga barat pulau ini dengan dataran
endapan aluvial sungai di bagian utara. Sebagai akibat dari banyaknya aktivitas
vulkanologi, sehingga di Indonesia banyak terjadi gempa maka posisi garis
pantai juga mengalami perubahan (pergerakan lempeng tektonik).
II.4. Garis Pantai
Garis
pantai merupakan merupakan garis pertemuan antara daratan dengan lautan yang
dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Garis pantai yang dimaksud (Badan
Informasi Geospasial, 2021)
adalah:
a.
garis pantai surut terendah;
b.
garis pantai pasang tertinggi; dan
c.
garis pantai tinggi muka air laut rata-rata
Secara sederhana proses perubahan garis
pantai disebabkan oleh angin dan air yang bergerak dari suatu tempat ke tempat
lain, mengikis tanah dan kemudian mengendapkannya di suatu tempat secara
kontinu. Proses pergerakan gelombang datang pada pantai secara esensial berupa osilasi.
Angin yang menuju ke pantai secara bersamaan dengan gerak gelombang yang menuju pantai berpasir
secara tidak langsung mengakibatkan pergesekan antara gelombang dan dasar laut,
sehingga terjadi gelombang pecah dan membentuk turbulensi yang kemudian membawa
material disekitar pantai termasuk yang mengakibatkan pengikisan pada daerah
sekitar pantai (erosi). Pada dasarnya proses perubahan pantai meliputi proses
erosi dan akresi. Erosi pada sekitar pantai dapat terjadi apabila angkutan
sedimen yang keluar ataupun yang pindah meninggalkan suatu daerah lebih besar
dibandingkan dengan angkutan sedimen yang masuk, apabila terjadi sebaliknya
maka yang terjadi adalah sedimentasi.
Pasut laut (ocean tide) adalah
fenomena naik dan turunnya permukaan air laut secara periodik yang disebabkan
oleh pengaruh gravitasi benda-benda langit terutama bulan dan matahari. Pengaruh gravitasi
benda-benda langit terhadap bumi tidak hanya menyebabkan pasut laut, tetapi
juga mengakibatkan perubahan bentuk bumi (bodily tides) dan atmosfer (atmospheric
tides). Istilah “pasut laut” pada buku ini akan dinyatakan dengan “pasut”
yang merupakan gerak naik dan turun muka laut dengan periode rata-rata sekitar
12,4 jam atau 24,8 jam. Fenomena lain yang berhubungan dengan pasut adalah arus
pasut, yaitu gerak badan air menuju dan meninggalkan pantai saat air pasang dan
surut.. Data tinggi muka air pada rentang waktu tertentu juga berguna untuk
keperluan peramalan pasut. Analisis data pengamatan tinggi muka air juga akan
berguna untuk mengenali karakter pasut dan fenomena lain yang mempengaruhi
tinggi muka air laut. Setelah memeroleh data pasut, maka dapat diolah
menggunakan beberapa metode seperti least square dan admiralty untuk
mendapatkan konstanta pasut. Penentuan konstanta pasut laut berhubungan dengan
komponen-komponen harmonik gaya yang menyebabkan terjadinya pasut laut. Setelah
memperoleh komponen-komponen harmonik gaya pembangkit pasut, maka selanjutnya
dilakukan penentuan nilai perubahan amplitude dan fase dari setiap komponen
harmonik terhadap kondisi Bumi setimbang yang nantinya akan dinyatakan dalam
sebuah konstanta. Hukum Laplace mengatakan “gelombang komponen pasang surut
setimbang selama penjalarannya akan mendapatkan respons dari laut yang
dilewatinya, sehingga amplitudenya akan mengalami perubahan, dan fasenya
mengalami keterlambatan, namun frekuensi atau kecepatan sudut masing-masing
komponen adalah tetap”. Komponen-komponen harmonik yang telah diperoleh dari
teori gaya pembangkit pasut merupakan komponen periodik yang memiliki frekuensi
dan kecepatan sudut tertentu. Dari komponen – komponen harmonic tersebut dapat
digunakan untuk menghitung datum tinggi yang merupakan produk dari pengolahan
data pasut.
Penentuan garis pantai dapat dilakukan dengan cara terestris maupun
non-terestris. Cara non-terestris seperti penggunaan Citra Satelit atau UAV.
Penentuan garis pantai dengan menggunakan citra satelit dapat dilakukan
berdasarkan penampakan visual di citra dan hanya garis pasang tertinggi saja
yang memungkinkan untuk dilakukan pengukuran/digitasi di atas citra satelit.
Kecuali jika citra satelitnya mempunyai kemampuan untuk dilakukan ekstraksi
DEM/DSM-nya.
II.5. Sistem Refrensi Geospasial Indonesia (SRGI) 2013
DGN-95 adalah sistem koordinat Indonesia, dimana sistem
koordinat ini kompatibel dengan GPS yang berbasiskan World Geodetic Sistem
1984 (WGS-84), DGN-95 merupakan datum geosentris. Pada tahun 1992, Indonesia turut bagian dalam survey yang
menghasilkan 60 stasiun GPS yang berklasifikasikan sebagai orde nol. Jering
orde nol tersebut adalah realisasi Datum Geodesi Nasional di Lapangan. Selanjutnya
pada tahun yang sama dan berikutnya dilakukan identifikasi jaring dengan orde
nol yang lebih rendah ke seluruh wilayah Indonesia dengan kerapatan 50 km.
Jaringan tersebut disebut sebagai Jaring Kontrol Horisontal Nasional.
DGN95 merupakan
sistem referensi geospasial yang bersifat statis, dimana perubahan nilai
koordinat terhadap waktu sebagai akibat dari pergerakan lempeng tektonik dan
deformasi kerak bumi, tidak diperhitungkan. Perubahan nilai koordinat terhadap
waktu perlu diperhitungkan dalam mendefinisikan suatu sistem referensi
geospasial untuk wilayah Indonesia. Hal ini dikarenakan wilayah Indonesia
terletak diantara pertemuan beberapa lempeng tektonik yang sangat dinamis dan
aktif, diantaranya lempeng Euroasia, Australia, Pacific dan Philipine. Wilayah
Indonesia yang terletak pada pertemuan beberapa lempeng inilah yang menyebabkan
seluruh objek-objek geospasial yang ada diatasnya termasuk titik-titik kontrol
geodesi yang membentuk Jaring Kontrol Geodesi Nasional, juga
bergerak akibat pergerakan lempeng tektonik dan deformasi kerak bumi.
Spesifikasi
DGN-95 :
·
Datum :
Geosentris
·
Koordinat
Geodesi : Datum Geodesi Nasional 1995 (DGN-95)
·
Koordinat
Grid/Peta : Universal Transvere Mercator (UTM)
·
Kerangka
Referensi : ITRF
·
Elipsoid :
WGS-84
·
Sumbu semi
mayor (a) : 6.378.137,0 meter
·
Faktor
Penggepengan (1/f) : 298,2572223563
Sistem Referensi Geospasial Indonesia
(SRGI) 2013 merupakan
suatu sistem koordinat nasional yang konsisten dan kompatibel dengan
sistem koordinat global, yang secara spesifik menentukan lintang,
bujur, tinggi, skala, gayaberat, dan orientasinya mencakup seluruh wilayah
NKRI, termasuk bagaimana nilai-nilai koordinat tersebut berubah terhadap waktu.
Dalam realisasinya sistem referensi geospasial ini dinyatakan dalam bentuk
Jaring Kontrol Geodesi Nasional dimana setiap titik kontrol geodesi akan
memiliki nilai koordinat yang teliti baik nilai koordinat horisontal, vertikal
maupun gaya berat.
SRGI 2013
akan mendefinisikan beberapa hal, yaitu:
- Sistem
Referensi Koordinat,
yang mendefinisikan titik pusat sumbu koordinat, skala dan orientasinya.
- Kerangka
Referensi Koordinat,
sebagai realisasi dari sistem referensi koordinat berupa Jaring Kontrol
Geodesi Nasional;
- Ellipsoid
Referensi yang digunakan;
- Perubahan
nilai koordinat terhadap waktu
sebagai akibat dari pengaruh pergerekan lempeng tektonik dan deformasi
kerak bumi di Wilayah Indonesia;
- Sistem
Referensi Tinggi;
- Garis
pantai nasional yang akurat dan terkini, yang dipublikasi secara resmi;
- Sistem dan layanan berbasis web untuk mengakses SRGI 2013.
Gambar 5. DGN95 vs SRGI
2013
II.6. Transformasi antar Datum dari DGN95 ke SRGI 2013
Transformasi
koordinat merupakan kegiatan menghitung nilai koordinat dari satu sistem koordinat
ke sistem koordinat lainnya. Dalam proses transformasi koordinat ini diperlukan
nilai-nilai parameter yang menghubungkan antara kedua sistem referensi
tersebut. Nilai-nilai parameter transformasi tersebut didapatkan dari
titik-titik sekutu, dimana titik-titik sekutu ini merupakan titik-titik stasiun
referensi yang memiliki nilai pada kedua sistem koordinat yang terlibat dalam
proses transformasi koordinat. Dalam proses transformasi koordinat DGN95 ke
SRGI2013 ini yang dilakukan adalah murni transformasi antar datum, belum
menyentuh transformasi antar epoch (waktu) datum. Perlu menjadi catatan disini,
bahwa keduanya baik DGN95 ataupun SRGI2013 merupakan sistem koordinat kartesian
geosentris (pusat sumbu koordinat diletakan di pusat massa bumi). Sehingga
model transformasi koordinat yang dilakukan adalah transformasi koordinat
kartesian 3 Dimensi (3D).
Dalam
implementasinya, transformasi koordinat DGN95 ke SRGI2013 menggunakan
parameter-parameter transformasi yang dihitung melalui pendekatan perataan
kuadrat terkecil (leastquare) dimana model matematik yang digunakan adalah
model transformasi 3D Bursa-Wolf. Penamaan model transformasi 3D Bursa-Wolf ini
sebagai wujud penghormatan atas gagasan yang disampaikan oleh M. Bursa (1962)
dan H. Wolf (1963) terkait dengan metode transformasi pada jaring geodetik 3D
dimana metode transformasi ini termasuk kedalam metode transformasi conform
(mempertahankan bentuk).
Rumus perhitungan yang digunakan sebagai berikut:
Dimana:
·
s
= faktor skala
·
R = matriks orthogonal dari rotasi sistem XA ke XB
·
XA
= adalah koordinat awal
·
t
= vektor translasi
·
XB
= koordinat baru
Matriks
R :
Dari
hasil pengolahan dengan menggunakan 533 titik sekutu yang tersebar cukup merata
di seluruh Indonesia, didapatkan parameter transformasi koordinat dari DGN95 ke
SRGI2013 sebagai berikut:
No |
Parameter
Transformasi |
Nilai |
1 |
ΔX |
-0.2773 meter |
2 |
ΔY |
0.0534 meter |
3 |
ΔZ |
0.4819 meter |
4 |
θx |
9.35E-08 radian |
5 |
θy |
-2.86E-08 radian |
6 |
θz |
9.69E-09 radian |
7 |
D |
0.999999972 |
Berikut
ini adalah sebaran titik sekutu yang digunakan dan nilai residu yang didapatkan
untuk memperlihatkan kualitas dari parameter transformasi koordinat yang
dihasilkan.
Gambar 6. Sebaran titik
sekutu sebanyak 533 titik, rata-rata residu 0,193 m; maksimum residu 0,525 m
dan minimum residu 0,020 m.
BAB III DATA DAN METODOLOGI
III.1. Diagram Alir
Penelitian
Untuk dapat menjawab
pertanyaan dari permasalahan yang telah diuraikan pada bab 1, maka dibuatlah
diagram alir penelitian sebagai berikut:
Gambar 7. Diagram Alir
Penelitian
Dari diagram di atas dapat
dijelaskan bahwa dalam penelitian ini menggunakan data dari Google Maps Hybrid
dengan sistem referensi WGS84. Kemudian data ini di load di QGIS secara
online. Langkah selanjutnya merubah sistem CRS (Coordinate Referense System)
di QGIS dengan cara merubah di properties datanya. QGIS mempunyai kemampuan on
the fly reprojection. Artinya bahwa untuk merubah-ubah sistem proyeksi
dapat dilakukan secara realtime tanpa adanya prosesing terlebih dahulu (hiden
processing).
Gambar 8. On The Fly
Reprojection
Setelah QGIS dalam sistem
referensi SRGI 2013, kemudian di overlay dengan data garis pantai dari BIG
dalam sistem referensi yang sama yaitu SRGI 2013. Data garis pantai ini
tersedia secara online di website BIG. Sebelum melakukan overlay, terlebih dahulu data garis pantai ini di clipping
hanya pulau jawa saja. Kemudian dibuat 21 titik dan area sampel yang menyebar
dan mewakili daerah pantai pulau jawa. Titik sampel ini dipilih berdasarkan area
pantai yang tidak banyak perubahan oleh waktu (pelabuhan, tebing curam).
Selanjutnya dilakukan analisis tingkat ketelitan dari google map ini
berdasarkan garis pantai yang disediakan oleh BIG. Validasi tingkat ketelitian
google map ini dilakukan dengan membandingkan data google maps dengan data UAV
pantai patimban tahun 2017.
Dari 21 titik sample ini,
kemudian dilakukan ekstraksi dalam format excel, baik dalam sistem referensi WGS84 maupun
SRGI2013. Selanjutnya berdasarkan koordinat
ekstraksi dalam sistem WGS84 ini dilakukan perhitungan transformasi antar datum
dari WGS84 ke SRGI 2013 dengan menggunakan aplikasi yang disediakan secara
online di Website SRGI/BIG sehingga diperoleh koordinat dalam sisterm SRGI2013.
Kemudian koordinat hasil perhitungan dari aplikasi BIG ini kemudian
dibandingkan dengan koordinat SRGI dari QGIS. Hasil perbandingan ini
selanjutnya dianalisis untuk mengetahui kualitas dari transformasi di QGIS.
III.2. Peralatan dan Bahan
Penelitian
Adapun peralatan dan bahan
yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1.
Peralatan Pengolahan Data
Perangkat pengolah data
yang digunakan:
a.
Software QGIS 3.22
b.
Excel 365
c.
Tools Transoformasi dari BIG berbasis WEB
2.
Data Penelitian
Data penelitian yang digunakan
sebagai berikut:
NO |
DATA |
SUMBER |
TAHUN |
KETERANGAN |
1 |
Google Maps |
Google Inc |
2020 |
Tahun sumber bervariasi
dari mulai tahun 2019 sampai tahun 2022 |
2 |
Garis Pantai Pulau Jawa |
BIG |
2021 |
Garis Pantai
adalah garis pertemuan antara daratan dan lautan yang dipengaruhi pasang
surut air laut. Garis pantai
indikatif adalah garis yang mengindikasikan batas darat dan laut yang
diperoleh dari delineasi data sekunder seperti citra satelit, foto udara, dll
Pada tahun
2021 PPKLP melakukan pengumpulan data-data survei, serta data hasil
konsultasi teknis garis pantai dengan K/L/Pemda untuk melakukan pemutakhiran
garis pantai KSP 2018 yang bersumber dari Data Survei Hidrografi (2015-2020 -
metode hidrografi, shoreline transect, survei lidar batimetri), Data Hasil
Konsultasi Teknis Garis Pantai (2016-2020 - metode delinieasi citra satelit
dan foto udara) dan Data Digitasi Foto Udara UAV area sekitar Titik Dasar
(2011-2014 - metode delineasi foto udara UAV). Data garis pantai yang
dimutakhirkan mencakup data garis pantai hasil survei (pasang tertinggi,
surut terendah, muka laut rata-rata dan garis pantai indikatif. |
3 |
Peta Foto UAV Patimban
Skala 1:5000 |
Zonaspasial |
2017 |
Peta Foto ini dibuat Bulan
November 2017 dengan resolusi 15 cm. Peta Foto ini dijadikan acuan dan
validasi sebagai pengganti ground check ke lapangan |
III.3. Tahap Pengolahan
Data
Sebelum melakukan
pengolahan data, terlebih dahulu menginstall plugin Quickmap Services di QGIS. Sehingga
QGIS mempunyai kemampuan untuk melakukan ekstraksi dari data google maps.
Gambar 9. QuickMapServices
Gambar 10. Online Data,
dari Google
Data Citra Satelit dari Google Maps ini kemudian di overlay dengan menggunakan data garis pantai dengan terlebih dahulu menyamakan sistem referensinya yaitu menggunakan SRGI2013. Setelah di overlay di pilih 21 titik/area sampel. Berikut ini ke-21 titik sample.
Koordinat Titik Sample hasil
ekstraksi ke format excel dapat di lihat di tabel di bawah ini:
NO |
NAMA/LOKASI |
KOORDINAT WGS84 |
|
KOORDINAT SRGI2013 |
||
X |
Y |
|
X |
Y |
||
1 |
MERAK |
105.9986604 |
-5.95897677 |
|
105.9986624 |
-5.958977046 |
2 |
SERANG |
106.1124382 |
-5.997723055 |
|
106.1124402 |
-5.997723324 |
3 |
PIK |
106.7342661 |
-6.081939814 |
|
106.7342681 |
-6.081940046 |
4 |
PRIUK |
106.9140816 |
-6.098643336 |
|
106.9140837 |
-6.098643557 |
5 |
PATIMBAN |
107.9048709 |
-6.242917698 |
|
107.9048729 |
-6.242917858 |
6 |
TEGAL |
109.1292537 |
-6.849502874 |
|
109.1292557 |
-6.849502951 |
7 |
SEMARANG |
110.4283237 |
-6.944476276 |
|
110.4283257 |
-6.944476269 |
8 |
REMBANG |
111.466298 |
-6.642043765 |
|
111.4663 |
-6.642043694 |
9 |
TUBAN |
112.0667033 |
-6.889453757 |
|
112.0667053 |
-6.889453643 |
10 |
SURABAYA |
112.7356996 |
-7.195945691 |
|
112.7357016 |
-7.195945528 |
11 |
PROBOLINGGO |
113.2256385 |
-7.732697967 |
|
113.2256406 |
-7.732697762 |
12 |
SITUBONDO |
113.9316285 |
-7.696245174 |
|
113.9316306 |
-7.696244922 |
13 |
BANYUWANGI |
114.409742 |
-8.103750659 |
|
114.409744 |
-8.103750367 |
14 |
ALASPURWO |
114.6051228 |
-8.71661072 |
|
114.6051249 |
-8.716610406 |
15 |
MERUBETIRI |
113.7261739 |
-8.518579883 |
|
113.726176 |
-8.518579633 |
16 |
PACITAN |
111.0745303 |
-8.22638512 |
|
111.0745324 |
-8.226385053 |
17 |
PARANGTRITIS |
110.352714 |
-8.049082533 |
|
110.3527161 |
-8.049082516 |
18 |
PANGANDARAN |
108.6587233 |
-7.704291167 |
|
108.6587254 |
-7.704291262 |
19 |
JAYANTI |
107.3869674 |
-7.499030341 |
|
107.3869695 |
-7.499030517 |
20 |
PELABUHANRATU |
106.5416527 |
-7.02133478 |
|
106.5416548 |
-7.021335012 |
21 |
TANJUNGLAYAR |
105.2132644 |
-6.746637678 |
|
105.2132665 |
-6.74663799 |
Koordinat Pengolahan transformasi
dari WGS84 ke SRGI2013 dengan menggunakan Aplikasi Online di website SRGI-BIG, dengan
memasukkan nilai Z = 0 meter adalah sebagai berikut :
NO |
NAMA/LOKASI |
KOORDINAT WGS84 |
KOORDINAT SRGI2013 |
||||
X |
Y |
X |
Y |
Z |
|||
1 |
MERAK |
105.9986604 |
-5.95897677 |
105.9986624 |
-5.958977047 |
-0.10118 |
|
2 |
SERANG |
106.1124382 |
-5.997723055 |
106.1124402 |
-5.997723322 |
-0.10101 |
|
3 |
PIK |
106.7342661 |
-6.081939814 |
106.7342681 |
-6.081940047 |
-0.09903 |
|
4 |
PRIUK |
106.9140816 |
-6.098643336 |
106.9140837 |
-6.098643558 |
-0.09839 |
|
5 |
PATIMBAN |
107.9048709 |
-6.242917698 |
107.9048729 |
-6.242917858 |
-0.09535 |
|
6 |
TEGAL |
109.1292537 |
-6.849502874 |
109.1292557 |
-6.84950295 |
-0.09534 |
|
7 |
SEMARANG |
110.4283237 |
-6.944476276 |
110.4283257 |
-6.944476269 |
-0.09069 |
|
8 |
REMBANG |
111.466298 |
-6.642043765 |
111.4663 |
-6.642043694 |
-0.08378 |
|
9 |
TUBAN |
112.0667033 |
-6.889453757 |
112.0667053 |
-6.889453642 |
-0.08344 |
|
10 |
SURABAYA |
112.7356996 |
-7.195945691 |
112.7357016 |
-7.195945525 |
-0.08335 |
|
11 |
PROBOLINGGO |
113.2256385 |
-7.732697967 |
113.2256406 |
-7.732697761 |
-0.086 |
|
12 |
SITUBONDO |
113.9316285 |
-7.696245174 |
113.9316306 |
-7.696244919 |
-0.08285 |
|
13 |
BANYUWANGI |
114.409742 |
-8.103750659 |
114.409744 |
-8.103750367 |
-0.08447 |
|
14 |
ALASPURWO |
114.6051228 |
-8.71661072 |
114.6051249 |
-8.716610406 |
-0.08902 |
|
15 |
MERUBETIRI |
113.7261739 |
-8.518579883 |
113.726176 |
-8.518579633 |
-0.0908 |
|
16 |
PACITAN |
111.0745303 |
-8.22638512 |
111.0745324 |
-8.226385053 |
-0.09906 |
|
17 |
PARANGTRITIS |
110.352714 |
-8.049082533 |
110.3527161 |
-8.049082514 |
-0.10052 |
|
18 |
PANGANDARAN |
108.6587233 |
-7.704291167 |
108.6587254 |
-7.704291261 |
-0.10468 |
|
19 |
JAYANTI |
107.3869674 |
-7.499030341 |
107.3869695 |
-7.499030517 |
-0.10834 |
|
20 |
PELABUHANRATU |
106.5416527 |
-7.02133478 |
106.5416548 |
-7.021335011 |
-0.1079 |
|
21 |
TANJUNGLAYAR |
105.2132644 |
-6.746637678 |
105.2132665 |
-6.746637989 |
-0.11135 |
Gambar 12. Transformasi
koordinat online di Website SRGI/BIG
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Ketelitian Google Maps
untuk Pengukuran Garis Pantai
NO |
NAMA/LOKASI |
Shifting Tertinggi Garis Pantai dan Google Maps
(meter) |
|
|
1 |
MERAK |
0.5 |
||
2 |
SERANG |
1 |
||
3 |
PIK |
1 |
||
4 |
PRIUK |
4 |
||
5 |
PATIMBAN |
2 |
||
6 |
TEGAL |
5 |
||
7 |
SEMARANG |
6 |
||
8 |
REMBANG |
2 |
||
9 |
TUBAN |
4 |
||
10 |
SURABAYA |
12 |
||
11 |
PROBOLINGGO |
8.4 |
||
12 |
SITUBONDO |
2 |
||
13 |
BANYUWANGI |
1 |
||
14 |
ALASPURWO |
1 |
||
15 |
MERUBETIRI |
14.5 |
||
16 |
PACITAN |
8 |
||
17 |
PARANGTRITIS |
2 |
||
18 |
PANGANDARAN |
4 |
||
19 |
JAYANTI |
8 |
||
20 |
PELABUHANRATU |
8 |
||
21 |
TANJUNGLAYAR |
8 |
||
|
|
|
|
|
|
RATA-RATA |
4.876 |
|
Dari ke-21 area sampel,
dapat dihitung bahwa rata-rata terjadinya pergeseran (shifting) antara garis
pantai dengan citra google maps sebesar 4.876 meter. Pergeseran tertinggi
terjadi di area sampel Merubetiri sebesar 14.5 meter, sedangkan area dengan
pergeseran terendah terjadi di area sampel Merak sebesar 0.5 meter. Berdasarkan
Peraturan BIG No 6 Tahun 2018 tentang Pedoman Teknis Ketelitian Peta Dasar, maka
dari data di atas pengukuran garis pantai dapat dilakukan dengan menggunakan
citra dari google maps untuk skala peta:
- a.
Pergeseran/Kesalahan maksimal sebesar 14.5 meter sesuai
dengan skala 1:50.000
- b.
Pergeseran/Kesalahan rata-rata sebesar 4.876 meter
sesuai dengan skala 1:10.000
Gambar 13. Pergeseran Garis Pantai dan Google maps
Gambar 14. Pergeseran Garis
Pantai dan Google maps
Untuk mevalidasi hasil di
atas, maka perlu dilakukan analisis lebih lanjut dengan menggunakan data dengan
akurasi dan resolusi lebih tinggi. Untuk itu digunakan data foto udara tanpa
awak daerah pantai Patimban. Data foto uav ini diambil bulan November tahun
2017, sebelum pembangunan pelabuhan patimban dilakukan.
Gambar 15. Citra Google
Maps 2021 dan Foto Udara Patimban 2017
NO |
UAV |
Google |
dX (meter) |
dY (meter) |
||
X |
Y |
X |
Y |
|||
1 |
107.8982577 |
-6.238592719 |
107.8982529 |
-6.238591916 |
-0.535011798 |
0.089168664 |
2 |
107.9003391 |
-6.242975237 |
107.9003351 |
-6.242976843 |
-0.445843165 |
-0.178337236 |
3 |
107.9011272 |
-6.246963726 |
107.901128 |
-6.246951676 |
0.08916871 |
1.337529466 |
4 |
107.8979288 |
-6.245282776 |
107.8979215 |
-6.245283981 |
-0.802517689 |
-0.133752898 |
Rata-Rata : |
-0.423550985 |
0.278651999 |
Dari tabel di atas
menunjukkan bahwa antara citra google maps dan peta foto dari uav mempunyai kesalahan
X sebesar 0,424 meter dan Y sebesar 0,279 meter. Berdasarkan Petunjuk Teknis
Ketelitian Peta dari BIG, maka citra google maps dapat digunakan di skala
1:2500
4.2. Akurasi Transformasi
SRGI di QGIS
Dari tabel daftar koordinat WGS84 dan SRGI
2013 terjadi pergeseran sebagai berikut:
NO |
NAMA/LOKASI |
SELISIH WGS84 VS SRGI (m) |
|
DelataX |
DeltaY |
||
1 |
MERAK |
0.225996 |
-0.03064155 |
2 |
SERANG |
0.225996 |
-0.02985789 |
3 |
PIK |
0.225773889 |
-0.02571426 |
4 |
PRIUK |
0.225663 |
-0.02451435 |
5 |
PATIMBAN |
0.225219 |
-0.01772781 |
6 |
TEGAL |
0.227660889 |
-0.00848262 |
7 |
SEMARANG |
0.22644 |
0.00082029 |
8 |
REMBANG |
0.222555 |
0.00783216 |
9 |
TUBAN |
0.223443 |
0.01263957 |
10 |
SURABAYA |
0.224553001 |
0.01812408 |
11 |
PROBOLINGGO |
0.227772 |
0.02269617 |
12 |
SITUBONDO |
0.226328999 |
0.02804082 |
13 |
BANYUWANGI |
0.22866 |
0.032414219 |
14 |
ALASPURWO |
0.233210999 |
0.034916159 |
15 |
MERUBETIRI |
0.2331 |
0.027758879 |
16 |
PACITAN |
0.234765 |
0.00735486 |
17 |
PARANGTRITIS |
0.234432 |
0.00185925 |
18 |
PANGANDARAN |
0.234321 |
-0.01059273 |
19 |
JAYANTI |
0.234431888 |
-0.01955043 |
20 |
PELABUHANRATU |
0.232212111 |
-0.02575866 |
21 |
TANJUNGLAYAR |
0.231879001 |
-0.03466752 |
RATA-RATA |
0.228781561 |
-0.001573874 |
Dari tabel di atas, rata-rata
perbedaan koordinat antara sistem WGS84 dan SRGI adalah X = 0.228 meter dan Y =
-0.0015 meter. Dengan demikian, bahwa WGS84 dan SRGI 2013 secara praktis dapat
dikatakan sama untuk peta sampai dengan skala 1:1000.
Berikut ini adalah tabel perbedaan hasil transformasi datum dari WGS84 ke SRGI 2013 antara menggunakan software QGIS dan Aplikasi online SRGI/BIG:
NO |
NAMA/LOKASI |
KOORDINAT SRGI2013 |
KOORDINAT SRGI2013 |
dX |
dY |
||
X |
Y |
X |
Y |
mm |
mm |
||
1 |
MERAK |
105.9986624 |
-5.958977046 |
105.9986624 |
-5.958977047 |
0.111 |
0.090 |
2 |
SERANG |
106.1124402 |
-5.997723324 |
106.1124402 |
-5.997723322 |
0.086 |
-0.151 |
3 |
PIK |
106.7342681 |
-6.081940046 |
106.7342681 |
-6.081940047 |
-0.037 |
0.135 |
4 |
PRIUK |
106.9140837 |
-6.098643557 |
106.9140837 |
-6.098643558 |
0.062 |
0.122 |
5 |
PATIMBAN |
107.9048729 |
-6.242917858 |
107.9048729 |
-6.242917858 |
0.111 |
0.067 |
6 |
TEGAL |
109.1292557 |
-6.849502951 |
109.1292557 |
-6.84950295 |
-0.173 |
-0.059 |
7 |
SEMARANG |
110.4283257 |
-6.944476269 |
110.4283257 |
-6.944476269 |
-0.086 |
0.066 |
8 |
REMBANG |
111.4663 |
-6.642043694 |
111.4663 |
-6.642043694 |
0.049 |
0.005 |
9 |
TUBAN |
112.0667053 |
-6.889453643 |
112.0667053 |
-6.889453642 |
-0.148 |
-0.199 |
10 |
SURABAYA |
112.7357016 |
-7.195945528 |
112.7357016 |
-7.195945525 |
0.074 |
-0.351 |
11 |
PROBOLINGGO |
113.2256406 |
-7.732697762 |
113.2256406 |
-7.732697761 |
-0.086 |
-0.103 |
12 |
SITUBONDO |
113.9316306 |
-7.696244922 |
113.9316306 |
-7.696244919 |
0.062 |
-0.269 |
13 |
BANYUWANGI |
114.409744 |
-8.103750367 |
114.409744 |
-8.103750367 |
0.000 |
-0.088 |
14 |
ALASPURWO |
114.6051249 |
-8.716610406 |
114.6051249 |
-8.716610406 |
0.395 |
0.003 |
15 |
MERUBETIRI |
113.726176 |
-8.518579633 |
113.726176 |
-8.518579633 |
0.111 |
0.008 |
16 |
PACITAN |
111.0745324 |
-8.226385053 |
111.0745324 |
-8.226385053 |
0.037 |
-0.061 |
17 |
PARANGTRITIS |
110.3527161 |
-8.049082516 |
110.3527161 |
-8.049082514 |
-0.099 |
-0.258 |
18 |
PANGANDARAN |
108.6587254 |
-7.704291262 |
108.6587254 |
-7.704291261 |
0.197 |
-0.098 |
19 |
JAYANTI |
107.3869695 |
-7.499030517 |
107.3869695 |
-7.499030517 |
0.222 |
-0.046 |
20 |
PELABUHANRATU |
106.5416548 |
-7.021335012 |
106.5416548 |
-7.021335011 |
0.173 |
-0.153 |
21 |
TANJUNGLAYAR |
105.2132665 |
-6.74663799 |
105.2132665 |
-6.746637989 |
0.136 |
-0.106 |
RATA-RATA |
0.057 |
-0.069 |
Dari tabel di atas
menunjukkan bahwa transformasi antar datum dari WGS84 baik menggunakan aplikasi
QGIS maupun aplikasi online BIG mempunyai perbedaan yang bisa diabaikan untuk
posisi horisontalnya. Adapun perbedaan rata-ratanya adalah dX = 0.057 mm, dY =
0.069 mm.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan pengolahan,
analisis dan pembahasan yang telah dilakukan pada bab-bab sebelumnya, maka
dapat diambil kesimpulan penelitian sebagai berikut:
- Citra Google Maps dapat digunakan untuk pengukuran garis pantai pasang tertinggi sesuai dengan skala 1:2500 atau lebih kecil untuk pulau Jawa.
- Garis pantai dari BIG berskala 1:50.000 sehingga
ketika di overlay dengan citra google maps di pulau jawa terjadi pergeseran
(shifting) antara 0 meter – 14.5 meter.
- Sistem Referensi Geospasial SRGI2013 dan WGS84,
secara praktis sama dan dapat digunakan sampai pada skala 1:1000. Untuk
keperluan yang mengharuskan ketelitian di bawah 30 cm, harus dilakukan
transformasi datum dari WGS84 ke SRGI2013.
- Transformasi koordinat dapat dilakukan secara on
the fly di QGIS V3.22
- Hasil transformasi datum dari WGS84 ke SRGI2013 baik
dengan menggunakan QGIS mapun aplikasi online dari SRGI/BIG menunjukkan hasil
yang sama. Dengan demikian, transformasi WGS84 ke SRGI2013 di QGIS menggunakan
7 parameter transformasi yang disediakan oleh BIG.
5.2. Saran
- Perlu meneliti akurasi google maps untuk daerah non
pesisir dimana nilai ketinggian tidak dianggap nol
- Perlunya cek lapangan untuk lebih memastikan
tingkat akurasi dari google maps
- Kombinasi pengukuran garis pantai dengan data
ketinggian lainnya yang dapat diperoleh secara gratis
- Perlunya menelaah transformasi antar epoch di QGIS.
Daftar Pustaka
Andreas, H., Sarsito, D., dan Meilano, I. (2013).
Tinjauan Sistem Referensi Geodesi di Beberapa Negara. Indonesian Journal of
Geospatial. Vol. 1, No. 2.
Badan Informasi Geospasial. (2013). Sistem Referensi
Geospasial Indoensia 2013. Bogor: Perka BIG No. 15
Badan Informasi Geospasial. (2018). Revisi
terkait Pedoman Teknis Ketelitian Peta Dasar. Bogor: Perka BIG No. 6.
Badan Informasi Geospasial. (2021). Transformasi
Koordinat Antar Datum (dari DGN95 ke SRGI2013). Bogor: SRGI/BIG
Badan Informasi Geospasial. (2012). Sistem
Referensi Geospasial Indonesia. Bogor: Perka BIG No. 13.
Cipeluch, B., Jacob, R., Winstanley, A., Mooney, P.
(2015). Comparison of the accuracy of OpenStreetMap for Ireland with Google
Maps and Bing Maps. Ireland
Gangga, W., Yuwono, Amarrohman. (2019). Kajian
Efektivitas Pengukuran Garis Pantai Menggunakan RTK dan Total Station. Jurnal
Geodesi Undip. Vol. 8, No. 1, pp. 123-132
Kementrian Kehutanan. (2013). Modul Pelatihan
Pengolahan Data Geospasial Menggunakan Opensource Quantum GIS. Jakarta:
Direktorat Perencanaan dan Evaluasi Pengelolaan DAS Ditjen Bina Pengelolaan DAS
dan Perhutanan Sosial.
Mao, Y., Daniel, L. H., Zunyi, X., Stuart, P.,
(2021). Efficient measurement of large-scale
decadal shoreline change with increased accuracy in tide-dominated coastal
environments with Google Earth Engine. ISPRS Journal of Photogrammetry and
Remote Sensing. Vol. 181, pp. 385-399.
Mehta, H., Kanani, P., Lande, P. (2019). Google
Maps. International Journal of Computer Applications. Vol. 178, No. 8,
pp. 41-46
Nafiah, N. F., Nugraha, A. L., Amarrohman. (2017).
Kajian Penentuan Garis Pantai Menggunakan Metode UAV di Pantai Teleng Ria
Kabupaten Pacitan. Jurnal Geodesi Undip. Vol. 6, No. 1, pp. 303-312.
Sasmito, B. dan Suprayogi, A. (2019). Kajian
Deteksi dan Penentuan Garis Pantai dengan Metode Terestris dan Penginderaan
Jauh. Elipsoida Jurnal Geodesi dan Geomatika. Vol. 02, No. 02.
Wikipedia Bahasa Indoensia.
(2022). Google Maps. Google Maps - Wikipedia bahasa
Indonesia, ensiklopedia bebas
Witchayangkoon, B., Methakullachat, D. (2019).
Coordinates Comparison of Google Maps and Orthophoto Maps in Thailand. Int.
Transaction Journal of Engineering. Paper ID: 10A170
Zamir, A. R., Shah, M., (2010). Accurate Image
Localization Based on Google Street View. Springer-Verlag Berlin Heidelberg.
Part IV, LNCS 6314, pp. 255-268.
Zomrawi, M. N., Ghazi, A., Eldin, M., (2013).
Positional Accuracy Testing of Google Earth. International Journal of
Multidisciplinary Science and Engineering. Vol. 4, No. 6, pp. 6-9.
Komentar
Posting Komentar